Senin, 12 Desember 2011

introduction of modern veils

Kerudung Gaul
Dekade tahun 2000an, pemakaian busana kerudung hampir merata di seluruh Indonesia. Belakangan ini, sangat mudah menemukan perempuan berkerudung di berbagai tempat umum. Semudah melihat mobil, kerudung pun ada dimana-mana. Perempuan berkerudung mudah ditemukan di stasiun, terminal, bioskop, tempat hiburan, lapangan olah raga, mall-mall, lembaga politik, kampus, tempat kerja, kantor-kantor, kelompok arisan, pasar dan bahkan –ini yang paling menarik– di kolam renang. Sebuah pemandangan sosial yang tidak terbayangkan pada tahun 1980an. Bila periode 1980an adalah periode perintisan, periode 1990an adalah periode peneguhan dan perluasan, maka periode 2000 kesini adalah periode kultural. Pasca tahun 2000, kerudung sudah menjadi kultur masyarakat Muslim Indonesia.
Kerudung gaul adalah model yang mengawinkan dua gejala: keagamaan di satu sisi dan tren sosial global di sisi lain. Sebagai perempuan Islam, mereka ingin memakai busana Muslimah di satu sisi, tetapi ingin tampil seksi dan menarik di sisi lain. “Seksi” dan “menarik” ini adalah pengaruh kultur Barat, konteksnya adalah pameran diri (show-off, exhibitionism) untuk konsumsi publik laki-laki dan pasar ekonomi. Dalam Islam, sebagai makhluk yang dihargai, perempuan dilarang keras berpamer-pamer seperti itu. Yang ada justru perintah menjaga dan menutup diri agar terhormat (banyak hadits yang mengutuk perempuan yang memakai baju tipis, ketat atau membuka aurat di depan umum dsb). Tapi, karena perempuan-perempuan muda hidup di kota-kota besar dalam lingkungan kultur global yang sangat westernized, sementara pendidikan agamanya kurang, maka “seksi” dan “menarik” tetap menjadi pilihan banyak perempuan muda. Seksi dan menarik adalah ikon-ikon kecantikan sekuler yang selama ini membentuk cara berfikir para wanita muda dan remaja. Maka lihatlah, kita menyaksikan sebuah “spesies baru” generasi perempuan Islam yang “berbusana Muslimah” sangat khas: ketat mencetak badan, lekuk-lekuk tubuh ditonjolkan, perut dan pinggang dipamerkan, kadang-kadang (maaf!) celana dalam bagian belakang kelihatan sementara kepalanya terbungkus kerudung. Model “busana Muslimah” generasi ini persis seperti disinyalir dalam hadits Nabi: “berpakaian tetapi telanjang!” Kaum pria yang matanya kreatif, jangan khawatir, Anda masih berpeluang menikmati kepuasan birahi dari kelompok perempuan berkerudung seperti ini.
Refleksi
Kita boleh bersyukur atas fenomena kerudung yang sangat semarak dan sudah membudaya. Apapun, fenomena kerudung menunjukkan semakin meluasnya pengaruh nilai-nilai Islam dalam berbusana. Busana muslimah sudah menjadi pilihan mayoritas perempuan Muslim Indonesia. Tetapi, kita juga belum bisa berkesimpulan bahwa semarak kerudung berarti semakin relijiusnya perempuan Indonesia. Berkat dakwah yang semakin ekstensif, kesadaran agama di satu sisi memang terjadi peningkatan, tetapi tidak bisa diukur oleh semaraknya kerudung. Persoalannya, banyak gadis remaja dan ibu-ibu memakainya karena tren lingkungan dan pergaulan sehingga sering tidak match antara simbol pakaian dengan sikap dan perilaku sehari-hari. Kita bersyukur kerudung semakin membudaya tapi juga kita tersenyum simpul melihatnya lucunya kerudung gaul. Yang belum berkerudung, gaul doong…!!


3 komentar: